PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL



Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial
(Studi Empiris pada Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Sleman)

Dhita Isdyana Putri
Sri Haryani

                                                          Abstract
The research explan the effect of organizational commitment and leadership style toward relationship of budged participation and managerial performance. The research done on 10 subdistric (kecamatan) in distric Sleman.  The research samples are selected  by stratified random sampling were 50 of managerial level in subdistric Sleman. The data were collected    at questionare.

Sub-district is a public service institution in activities authorized to prepare the budget. Sub-district has the task of implementing government authority delegated by the Regents to handle most affairs of local autonomy and organize common tasks. Working area of ​​the sub-district as the device area led by a sub-district. Sub-district head  was under the district or regents and the insured responsible to the district through regional secretary.Kamus


The result of the research showed that budged participation had  positive effect on managerial performance, although the effect  was not  significant.The second result show that the organizational commitment had positive effect on the relationship of budged participation and managerial performance. It mean that budged participation will increas managerial performance  if followed by organizational commitment. Futhermore the managerial style had positive effect on the relationship of budged participation and managerial performance, but the effect was not significant.

Kata kunci: komitmen organisasi, gaya kepemimpinan, partisipasi anggaran, kinerja manajerial


PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
          Pengendalian manajemen diperlukan untuk memastikan bahwa operasi organisasi berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.  Salah satu elemen penting dalam sistem pengendalian manajemen adalah anggaran yang membantu mengalokasikan sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan. Anggaran perusahaan juga berfungsi sebagai  pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja serta motivasi.  Dalam penyusunan anggaran, pihak manajemen perusahaan harus yakin bahwa dirinya mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, memberikan motivasi kepada anggotanya, dan mendorong adanya partisipasi (Gunawan dan Marwan 2004).     
              Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran merupakan keikutsertaan bawahan dalam proses penyusunan anggaran yang diakui sebagai faktor paling penting dalam keberhasilan jangka panjang. Keberhasilan ini diukur dalam bentuk pencapaian sasaran organisasi dan pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan  secara efisien  baik dalam bentuk penggunaan tenaga manusia, mesin, bahan, maupun modal. Partisipasi anggaran akan menimbulkan adanya kesediaan bawahan untuk menyusun anggaran dengan sunguh-sungguh, sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. 
          Secara teoritis komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja, karena seseorang dengan komitmen organisasi yang tinggi mempunyai kesediaan yang besar untuk bekerja bagi organisasinya.  Komitmen organisasi merupakan keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi dengan mengerahkan segala upaya atas nama organisasinya dengan suatu keyakinan penerimaan  nilai dan tujuan dari organisasinya (Meyer 1990 dalam supriyono 2005). Tumbuhnya komitmen organisasi disebabkan adanya ikatan emosional terhadap organisasi, yang meliputi dukungan moral dan menerima nilai yang ada dalam organisasi serta tekad dalam diri untuk mengabdi kepada organisasi.
          Gaya kepeminpinan (leadership style) menggambarkan perilaku manajer dalam menghadapi atau berinteraksi dengan bawahannya dalam berbagai situasi. Gaya kepemimpinan akan mempengaruhi penerimaan bawahan terhadap pimpinan tersebut dan selanjutnya akan mempengaruhi kinerja bawahan.  Dengan kinerja bawahan yang tinggi akan mendukung pencapaian tujuan organisasi, oleh karena itu pemimpin berkepentingan untuk   meningkatkan kinerja bawahan dari berbagai faktor, khususnya dari faktor gaya kepemimpinan.
         Penelitian mengenai pengaruh komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipsi anggaran dan kinerja manajerial pernah dilakukan beberapa kali. Diantara penelitian-penelitan tersebut, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Supriyono pada tahun 2004 dengan responden perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Hasil penelitian Supriyono menyatakan bahwa a) partisipasi anggaran dan kinerja manajerial mempunyai hubungan positif dan signifikan, b) komitmen organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan  terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajer, c)  gaya kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja manajerial.
         Penelitian sejenis juga dilakukan oleh J. Sumarno pada tahun 2005 dengan responden pegawai pada kantor-kantor  cabang bank yang ada di Jakarta. Hasil penelitian menyimpulkan beberapa hal berikut: a) partisipasi anggaran tidak mempengaruhi kinerja manajerial, b) komitmen organisasi mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial, dan c) gaya kepemimpinan tidak mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
         Pada tahun 2009 Oktaviana Tri Nugrahaningsih melakukan penelitian sejenis dengan responden pegawai  beberapa rumah sakit di Yogyakarta. Kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah: a) partisipasi anggaran mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja, b) komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajer, dan c) gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial.
            Dari ketiga penelitian di atas, menunjukkan bahwa meskipun penelitian-penelitian tersebut dengan topik yang sama, namun menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Perbedaan tersebut antar lain disebabkan karena responden berasal dari berbagai institusi yang berbeda. Hal tersebut dibuktikan dari penelitian Supriyono (2004) dengan lingkup penelitian perusahaan-perusahaan yang listing di BEI, Sumarno dengan lingkup penelitian kantor-kantor dari berbagai bank yang ada di Jakarta, Tri Oktaviana dengan lingkup penelitian rumah sakit yang ada di Yogyakarta. Bahkan dalam industri yang sejenis, misalnya industri perbankan, dimungkinkan antara penelitian pada satu perusahaan hasilnya berbeda dengan perusahaan lain yang disebabkan perbedaan tempat penelitian. Dengan perbedaan tempat penelitian menyebabkan aspek-aspek yang ada didalamnya juga berbeda, termasuk komitmen karyawan terhadap perusahaan/organisasi tempat mereka bekerja, gaya kepimpinan dari para manajernya, partisipasi karyawan dalam  penyusunan anggaran, dan kinerja manajerial perusahaan tersebut.
         Penelitian Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap     Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial: Studi Empiris pada Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Sleman ini merupakan replika dari ketiga penelitian tersebut, dengan mengambil tempat penelitian 10 (sepuluh) Kecamatan di Kabupaten Sleman. Responden  dalam penelitian ini adalah para Camat,  Kepala Bagian, dan Kepala Seksi yang ada di Kecamatan tersebut. Pemilihan tempat penelitian Kecamatan dengan alasan bahwa Kecamatan merupakan institusi pelayanan masyarakat yang dalam kegiatannya diberi kewenangan untuk menyusun anggaran.  Agar dalam kegiatannya mengarah pada pencapaian tujuan institusional secara efisien dan efektif, dibutuhkan komitmen dari seluruh anggota organisasi. Salah satu cara mendapatkan komitmen anggota organisasi adalah dengan memberikan partisipasi bawahan dalam kegiatan operasinya, termasuk dalam penyusunan anggarannya. Lebih dari itu, pimpinan kecamatan baik pada tingkat atas, menengah, bawah tidak terlepas dari fungsi manajemen. Dengan kemampuan manajemen yang baik diharapkan pencapaian tujuan dapat dilakukan secara efisien dan efektif. 

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi tiga (3), yaitu a) apakah partisipasi  anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial, b) apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap  hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial, dan c)   apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.


3. Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah a) mengidentifikasi pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial, b) mengidentifikasi pengaruh komitmen organisasi terhadap  hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial, dan c)   mengidentifikasi  pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.

4.  Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi tingkatan manajemen, khususnya para camat  yang berkepentingan untuk meningkatkan kinerja manajerialnya  di tingkat kecamatan. Peningkatan kinerja diperoleh  melalui partisipasi bawahannya dalam proses penyusunan anggaran, komitmen organisasi, dan gaya kepemimpinan.  

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
1. Komitmen Organisasi
            Keberhasilan organisasi atau perusahaan akan dipengaruhi oleh sumberdaya manusia yang ada didalamnya. Oleh karena itu baik organisasi maupun perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja sumberdaya manusianya, yang selanjutnya akan meningkatkan kinerja organisasi atau perusahaan. Beberapa cara yang pada umumnya dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerja antara lain  melalui pendidikan, pelatihan, kompensasi dan insentif, pemberian motivasi, dan  penciptaan lingkungan kerja yang kondusif.  Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance, yang menurut Robbin (2005) merupakan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Ada tiga kriteria dalam melakukan penilian kinerja individu, yakni: (a) tugas individu; (b) perilaku individu; dan (c) ciri individu.
            Komitmen organisasi (organizational commitment) adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya (Griffin, 2006). Seorang karyawan yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi. Dengan demikian ia mempunyai keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan keyakinan yang tingi untuk menerima nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, komitmen  merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi.
            Melihat  pentingnya komitmen organisasi bagi keberhasilan organisasi,  pihak manajemen berusaha sedapat mungkin agar komitmen organisasi dari para staf atau karyawannya tinggi. Untuk itu pertama-tama pihak manajemen perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi. Secara umum komitmen organisasi dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor personal, karakteristik yang berhubungan dengan peran, karakteristik yang berhubungan dengan struktural serta  pengalaman kerja.          
            Mengetahui faktor-faktor penentu komitmen organisasi saja belum cukup, organisasi atau perusahaan selanjutnya perlu membangun komitmen karyawannya, sehingga memberikan sumbangan yang sebesar-besarnya bagi organisasi. Termasuk di dalamnya dengan memberi kesempatan untuk berpartrisipasi dalam penyusunan anggaran. 
                   
2.  Gaya Kepemimpinan
            Kepemimpinan didefinisikan sebagai  suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh kepada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubung- an tugasnya (Stoner, 1995).  Kepemimpinana memainkan peranan yang amat penting,  karena akan menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk itu seorang pemimpin pertama-tama harus memahami tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Selanjutnya ia akan mengarahkan dan mempengaruhi bawahan agar kegiatannya menuju kearah pencapaian tujuan perusahaan. Dalam prakteknya ada pemimpin yang dengan mudah mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan bawahan namun ada pula yang mengalami kesulitan. Beberapa ahli menyebutkan bahwa permasalahannya terletak pada gaya kepemimpinan.
            Gaya kepemimpinan didefinisikan oleh Flippo sebagai pola tingah laku yang dirancang untuk memadukan kepentingan-kepentingan organisasi dan personalia mencapai berbagai tujuan  organisasi.  Beberapa gaya kepemimpinan  atau tipe kepemimpinan menurut path goal theory adalah kepemimpinan direktif, kepemimpinan suportif, kepemimpinan partisipatif, dan  kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi.   
            Pertama, kepemimpinan direktif berarti pimpinan memberitahu bawahan apa yang perlu dilakukan  dan memberikan pengarahan sepanjang waktu. Dalam hal ini termasuk memberikan skedul untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada waktu tertentu. Dalam kepemimpinan gaya atau tipe ini tidak ada partisipasi bawahan sama sekali. Gaya ini sesuai untuk bawahan yang belum berpengalaman.  Kedua, kepemimpinan suportif  berarti pemimpin mempertimbangkan kebutuhan bawahan, menunjukkan perhatian pada masalah kesejahteraan bawahan, dan menciptakan lingkungan kerja yang bersahabat. Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri bawahan dan pekerjaan menjadi menarik bagi bawahan. Pendekatan ini sangat cocok ketika pekerjaan menegangkan, membosankan, atau untuk pekerjaan yang hazardous. Ketiga, kepemimpinan partisipatif   di mana pimpinan akan berkonsultasi dengan bawahan dan memperhatikan pendapat bawahan dalam pengambilan keputusan. Meskipun demikian, pengambilan keputusan tetap berada pada pimpinan. Apabila bawahan  cukup ahli dan berpengalaman maka pendekatan ini paling sesuai. Terakhir,   gaya kepemimpinan berorientasi pada prestasi di mana pimpinan menerapkan serangkain tujuan yang menantang bagi bawahan. Untuk itu bawahan dituntut mempunyai standar kerja yang tinggi. Gaya ini sesuai diterapkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang kompleks.
Dikatakan oleh Hughes, Ginnet, & Curphy (2002), bahwa model kepemimpinan path-goal merupakan model yang paling ‘berpengalaman’ dan komprehensif diantara model kepemimpinan lainnya. Seorang pemimpin harus bisa menemukan pendekatan tertentu sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dengan demikian pemimpin dapat secara efektif mengarahkan dan mempengaruhi bawahan agar kegiatannya mengarah pada pencapaian tujuan. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, memelihara dan mengembangkan usaha dan iklim yang kondusif di dalam kehidupan organisasional.

3. Partisipasi Anggaran
       Anggaran merupakan salah satu alat manajemen yang berkaitan dengan fungsi perencanaan dan pengendalian untuk memenuhi tujuan perusahaan, yaitu memuaskan kebutuhan (customer satisfaction) dan berhasil dalam persaingan (Adisaputro  & Yunita: 2007). Anggaran yang telah disusun memiliki dua peranan, pertama yaitu sebagai perencanaan sehingga anggaran berisi ringkasan keuangan organisasi di masa yang akan datang.  Kedua, anggaran berperan sebagai kriteria kinerja, yaitu dipakai sebagai sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial.
       Proses penyusunan anggaran itu sendiri pada dasarnya merupakan proses  penetapan peran, yakni adanya kesempatan   untuk ikut bertanggungjawab dalam kegiatan pencapaian sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. Agar sasaran dapat dicapai, manajer menengah ke bawah biasanya ikut berpartisipasi dalam perancangan anggaran. Hal ini dimaksudkan agar  dapat mendorong moral kerja dan inisiatif para manajer.
            Keberhasilan anggaran  terutama ditentukan oleh cara penyusunan anggaran itu sendiri, yang dapat dikelompokkan       menjadi tiga (3) yaitu top down (dari atas ke bawah), bottom up (dari bawah ke atas), dan participative budget (anggaran partisipatif). Pada pendekatan top down proses penyusunan anggaran dimulai dari manajer puncak yang menyusun dan menetapkan sendiri anggaran tanpa keterlibatan bawahan. Kelemahan dari pendekatan ini adalah bahwa manajer menengah dan bawah  kurang termotivasi untuk memenuhi target yang ada dalam anggaran dan dalam kasus-kasus tertentu dapat menyebabkan mereka tertekan. Namun demikian anggaran yang disusun dengan pendekatan ini mempunyai kelebihan yaitu proses penyusunanya relatif cepat dan mendapat dukungan dari manajer puncak.
            Pendekatan kedua yaitu bottom up, di mana penyusunan anggaran sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Kelemahan pendekatan ini justru disebabkan oleh besarnya partisipasi   bawahan sehingga seringkali meninbulkan konflik dan proses penyusunannya yang relatif lama/panjang. Kelebihan dari pendekatan bottom up  yaitu karena disusun oleh bawahan, maka mendapat dukungan dari bawahan, sehingga mereka mempunyai komitmen yang tinggi untuk mencapai target anggaran. Selain itu pada pendekatan ini dimungkinkan terjadinya  negosiasi antara penyusun anggaran dengan komite anggaran.
            Pendekatan ketiga yaitu participative budget, yaitu   anggaran yang disusun dengan kerja sama dan partisipasi penuh dari manajer pada semua tingkatan. Dari ketiga pendekatan ini yang dinilai  paling berhasil adalah proses penyusunan anggaran partisipatif, yaitu dengan melibatkan bawahan. Dengan berpartisipasi dalam perancangan anggaran, bawahan merasa terlibat penuh,  sehingga akan menimbulkan tanggung jawab bawahan dalam pengendalian biaya. Partisipasi bawahan juga meningkatkan motivasi bawahan, di mana bawahan  yang kinerjanya diukur berdasarkan anggaran akan termotivasi untuk mencapai kinerja sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam anggaran.  Dalam proses penyusunan­nya, anggaran partisipatif  memungkinkan bawahan untuk melakukan negosiasi target anggaran yang menurut mereka dapat dicapai.
                   
4. Kinerja Manajerial
            Sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat mencapai tujuannya dan memenuhi tanggung jawab sosialnya sangat ditentukan oleh  pimpinan atau manajernya. Apabila para pimpinan atau manajer melakukan pekerjaan mereka dengan baik, pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan akan lebih mudah. Secara umum kinerja (performance) adalah prestasi yang dicapai oleh suatu perusahan sebagai kesatuan bisnis selama satu periode tertentu. Kinerja manajerial (managerial performance) merupakan ukuran seberapa efisien dan efektif seorang manajer menetapkan dan mencapai tujuan yang memadai (Stoner 1995).
            Manajemen sendiri pada umumnya didefinisikan sebagai kegiatan dari 4 fungsi spesifik manajemen yang terdiri dari merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan berbagai usaha dari anggota organisasi dan menggunakan semua sumberdaya  organisasi untuk mencapai sasaran. Dengan demikian kinerja manajerial akan ditentukan    bagaimana ia merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan berbagai usaha dari anggota organisasi dan menggunakan semua sumberdaya  organisasi untuk mencapai sasaran.
            Heatfiels (1999) menyatakan bahwa kinerja manajerial merupakan kegiatan-kegiatan manajerial yang meliputi penetapan tujuan, perencanaan dan pengembangan sumberdaya manusia, review internal, dan penilaian kinerja berdasar tujuan yang telah ditetapkan. Semua kegiatan ini tercermin dari bagaimana pimpinan atau manajer dalam berkomunikasi,   memberikan pengarahan, dan umpan balik dalam lingkungan kerja sehari-hari.


METODOLOGI
1. Ruang Lingkup Studi
            Penelitian ini menggunakan studi empiris  sepuluh (10)  Kecamatan dari tujuhbelas (17) kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman. Kesepuluh kecamatan tersebut  yakni kecamatan Turi, kecamatan Tempel, kecamatan Mlati, kecamatan Seyegan, kecamatan Depok, kecamatan Ngaglik, kecamatan Ngemplak, kecamatan Gamping, kecamatan Godena, dan kecamatan Sleman.
            Kecamatan merupakan institusi pelayanan masyarakat yang dalam kegiatannya diberi kewenangan untuk menyusun anggaran. Kecamatan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintah yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani  sebagian urusan otonomi daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. Kecamatan merupakan wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah yang dipimpin oleh seorang camat. Camat berada di bawah bupati dan tertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah.
            Uraian tugas, fungsi, dan tata kerja Kecamatan yang ada di lingkungan kabupaten Sleman, diatur dalam peraturan Bupati Sleman Nomor 51 tahun 2009, sebagai berikut: 1) merumuskan kebijakan teknis sebagian urusan otonomi daerah dan tugas umum pemerintahan, b) melaksanakan tugas sebagian urusan otonomi daerah dan tugas umum pemerintahan, c) menyelenggarakan pelayanan umum, d) melakukan pembinaan dan pengorganisasi wilayah, dan e) melakukan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Variabel Penelitian
            Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara lebih mendalam bagaimana kinerja manajerial di kecamatan-kecamatan yang ada di kabupaten Sleman. Penelitian menggunakan empat (4) variabel yaitu varibel komitmen organisasi, variabel gaya kepemimpinan, variabel partisipasi anggaran, dan variabel kinerja manajerial. Dari keempat variabel tersebut, yang merupakan variabel terikat (dependent variable) adalah variabel kinerja manajerial. Dengan demikian kinerja manajerial merupakan variabel yang diduga dipengaruhi oleh ketiga tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. 
 










Gaya
Kepemimpinan
 




Kinerja
Manajerial
 




Komitmen
Organisasi
 
 







           

Partisipasi anggaran merupakan variabel bebas (independent), yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat (dependent). Alat yang digunakan untuk mengukur partisipasi anggaran adalah instrumen yang dikembangkan oleh Milani (1975). Instrumen ini emudian menjadi  acuan dari beberapa penelitian seperti penelitian Supriyono (2004), penelitian J. Sumarno (2005), dan penelitian Oktavia Tri Nugrahaningsih (2009).  Dalam instrumen tersebut setiap responden diminta menjawab enam (6) pertanyaan untuk mengukur tingkat partisipasi dan pengaruh yang dirasakan serta kontribusi responden dalam penyusunan anggaran. Jawaban pertanyaan disusun dengan skala likert, dengan rentang skala dari 1 sampai dengan 5.
            Komitmen organisasi merupakan variabel yang diduga memoderasi  hubungan antara partsisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Alat yang digunakan untuk mengukur komitmen organisasi   diturunkan dari teori komitmen organisasi, dengan jumlah pertanyaan untuk mengukur komitmen organisasi sebanyak 9. Jawaban pertanyaan disusun dengan skala likert, dengan rentang skala dari 1 sampai dengan 5.
            Gaya kepemimpinan merupakan variabel  yang diduga memoderasi hubungan antara partsisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Alat yang digunakan untuk mengukur pengaruh gaya kepemimpinan diturunkan dari gaya  kepemimpinan path-goal. Dari masing-masing gaya tersebut kemudian disusun 3 pertanyaan untuk menentukan kecenderungan gaya kepemimpinan dari atasan (pimpinan).  Jawaban pertanyaan disusun dengan skala likert, dengan rentang skala dari 1 sampai dengan 5.
            Dalam penelitian ini kinerja manajerial  merupakan variabel terikat (dependent), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (independent) dan variabel yang memoderasi hubungan antara varibel bebas dengan  variabel terikat. Alat yang digunakan untuk mengukur kinerja manajerial diturunkan dari kegiatan manajemen yang meliputi tugas-tugas merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan. Jumlah pertanyaan untuk mengukur kinerja manajerial ada 9, dengan jawaban pertanyaan disusun dengan skala likert, dengan rentang skala dari 1 sampai dengan 5.

3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah para pejabat di Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman, baik itu Camat, Kepala Sub Bagian (Kasubag), maupun Kepala Seksi (Kasi). Mereka ini dalam lingkup perusahaan merupakan manajer baik tingkat atas, menengah, maupun bawah.    Berdasar data dari www.slemankab,com pada tahun 2010 ini di Kabupaten Sleman terdapat 17 Kecamatan (diakses 7 Februari 2010 ).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan stratified random sampling  yaittu teknik pengambilan sampel dengan mengelompokkan sampel menjadi kelompok-kelompok tertentu, kemudian dari masing-masing kelompok diambil sejumlah sampel secara acak (Suratno, 1995). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kelompok  adalah Camat, Kepala Bagian, dan Kepala Seksi di masimg-masing Kecamatan. Dari kelompok-kelompok yang ada di sepuluh kecamatan   tersebut kemudian diambil sampelnya secara acak.
           
4. Teknik Pengambilan Data
            Data dalam penelitian ini  dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.  Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan dioleh  sendiri oleh organisasi yang menerbitkannya atau menggunakannya  (Soeratno 1995). Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan oleh peneliti merupakan data primer yang diperoleh dengan alat pengumpul data berupa  kuesioner. Kuesioner  merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi  (Soeratno, 1995) .   
Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya (Sratno, 1995).  Data sekunder dalam penelitian ini adalah jumlah kecamatan yang ada di kabupaten sleman, tingkatan pejabat yang ada di setiap kecamatan, beserta tugas dan fungsi dari masing-masing jabatan tersebut. Berdasar data dari www.slemankab.com diperloeh informasi bahwa tingkatan jabatan yang tertinggi di kecamatan adalah Camat, kemudian berturut-turut Subbagian, dan Seksi. Selain itu adalah pegawai biasa atau dalam konteks manajemen sering disebut dengan karyawan operasional.

5. Teknik Analisis Data
            Penelitian ini dengan tujuan  menguji  pengaruh komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial dengan studi empiris pada Kecamatan-kecamatan  di Kabupaten Sleman.  Untuk menguji hipotesis 1 (pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial) digunakan uji regresi sederhana. Sedang untuk menguji hipotesis 2 (pengaruh komitmen organisasi terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manjerial)  dan hipotesis 3  (pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial) digunakan regresi berganda dengan pendekatan uji interaksi.        


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Identitas responden
Berdasar kuesioner yang disebar dan yang dikembalikan maka diperoleh tingkat pengembalian dan identitas responden sebagai berikut:
            Tabel 1
Jumlah kuesioner yang dikirim                     = 67 kuesoner
Kuesioner yang direspon                               = 56 kuesioner
Kuesioner yang tidak direspon                      = 11 kuesioner
Kuesioner yang tidak dapat digunakan          =  6 kuesioner
Total kuesioner yang dapat digunakan           = 50 kuesioner
Tingkat pengembalian  kuesioner                   = 56/67 x 100% = 83,58%
Tingkat pengembalian yang dapat digunakan = 50/67 x 100% = 74,63 %          

Responden yang dapat dipilih sebagai sampel penelitian adalah mereka yang tingkatannya manajer (pimpinan) di suatu kecamatan, baik pimpinan tingkat atas, menengah maupun bawah. Dalam tata kepegawaian,  mereka yang menjadi sampel adalah yang mempunyai jabatan struktural camat, kasubbag, dan seksi.

Statistik Deskripsif
Statistik deskripstif dimaksudkan untuk mengambarkan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu variabel komitmen organisasi, gaya kepemimpinan, partisipasi anggaran, dan kinerja manajerial. Berdasar hasil kuesioner yang terkumpul untuk  variabel komitmen organisasi dengan nilai terendah/minimum  1 dan nilai maksimum 5. Adapun mean yang diperoleh sebesar  3,88 dengan standar deviasi sebesar 0,96. Variabel gaya kepemimpinan dengan nilai minimum 1 dan nilai maksimum 5. Mean yang diperoleh sebesar 4,16  dan standar deviasi sebesar  0,68.  Variabel partisipasi anggaran dengan nilai minimum 1 dan nilai maksimum 5.  Diperoleh mean sebesar  3,78  dan standar deviasi sebesar 1,05.  Terakhir, variabel kinerja manajerial  dengan nilai minimum 1 dan nilai maksimum 5.  Besarnya mean untuk variabel kinerja manajerial adalah  4,26  dan standar deviasi sebesar 0,96.

Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pertama.
Hipotesis pertama diduga partisipasi  anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Semakin tinggi tingkat partisipasi anggaran semakin tinggi tingkat kinerja manajerial aparat kecamatan. Untuk mengetahui adanya pengaruh antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial digunakan uji regresi sederhana.  
Berdasar hasil pengujian yang dilakukan diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar  0,091 (9,1%) sehingga dapat dikatakan  terdapat hubungan positif antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Dengan melihat angkanya  sebesar 9,1%  menunjukkan bahwa 9,1% kinerja manajerial dipengaruhi oleh partisipasi anggaran, sedangkan sisanya sebesar 90,9% dipengaruhi oleh variabel lain.
Sesuai dengan kerangka konseptual dalam penelitian ini, bahwa kinerja manajerial antara lain dipengaruhi oleh variabel yang memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial, yaitu variabel gaya kepemimpinan dan komitmen organisasi. Dengan demikian pembahasan pengaruh partisipasi  anggaran terhadap kinerja manajerial akan dilanjutkan dengan kedua variabel tersebut.

Pengujian hipotesis 2
            Hipotesis kedua komitmen organisasi berpengaruh positif  terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manjerial. Untuk mengetahui adanya pengaruh komitmen organisasi terhadap hubungan antara partisipasi angaran dengan kinerja manjerial digunakna uji  korelasi berganda dengan pendekatan interaksai.
Hasil analisis menunjukkan besarnya koefisien korelasi (R) sebesar 0,319 (31,9%).  Dapat diartikan bahwa  variabel komitmen organisasi mempengaruihi hubungan partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial sebesar 31,9%. Dengan koefisien determinasi (R2) sebesar  0,101 atau 10,1% dapat diartikan bahwa 10,1% komitmen organisasi mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manjerial. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang menyatakan semakin tinggi kesesuaian partisipasi angggran dan komitmen organisasi  akan semakin tinggi tingkat kinerja para aparat kecamatan. Hal ini berarti partisipasi anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial aparat kecamatan jika disertai dengan komitmen organisasi. 

Pengujian hipotesis 3
Berapa persen gaya kepemimpinan mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manjerial digunakan uji  korelasi berganda dengan pendekatan interaksi. Hasil analisis menunjukkan besarnya koefisine korelasi (R) sebesar 0,19 (19%).  Dengan demikian dapat dikatakan variabel gaya kepemimpinan mempengaruihi hubungan partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial sebesar 19%.
            Hasil analisis menunjukkan koefisien determinasi (R2) sebesar  0,022 atau 2,2%  yang  dapat diartikan bahwa gaya kepemimpinan mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial sebesar 2.2%. Sedangkan sisanya sebesar 98,8% dipengaruhi oleh varibel lain. Artinya varibel gaya kepemimpinan berpengaruh positif  terhadap hubungan partisipasi angaran dengan kinerja para aparat kecamatan,  namun pengaruhnya tidak signifikan.

SIMPULAN
Berdasar hasil penelitian dan pembahasan mengenai komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial dengan studi empiris pada kecamatan-kecamatan di Kabupaten Sleman, dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Dari hasil analisis regresi linier sederhana disimpulkan bahwa pengaruh variabel partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial positif. Artinya apabila partisipasi anggaran semakin tinggi/baik, berarti kinerja manajerial juga semakin tinggi/baik.    
  2. Dari hasil regresi linier berganda dengan metode interaksional disimpulkan bahwa variabel komitmen organisasi berpengaruh positif. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang menyatakan semakin tinggi kesesuaian partisipasi angggran dan komitmen organisasi  akan semakin tinggi tingkat kinerja para aparat kecamatan. Hal ini berarti partisipasi angaran akan meningkatkan kinerja manjerial aparat kecamatan jika disertai dengan komitmen organisasi.
  3. Dari hasil regresi linier berganda dengan metode interaksional disimpulkan bahwa variabel gaya kepemimpinan berpengaruh positif  terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang menyatakan semakin tinggi kesesuaian gaya kepemimpinan dengan bawahan akan semakin tinggi tingkat kinerja para aparat kecamatan. Meskipun demikian pengaruh gaya kepemimpinan tidak cukup signifikan dalam mempengaruhi hubungan partisipasi angaran dengan kinerja manajerial aparat kecamatan.


DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri (2004), Anggaran Perusahaan, Edisi ketiga, BPFE, Yogyakarta
Adisaputro, Gunawan dan Yunita Anggarini (2011), Anggaran Bisnis: Analisis Perencanaan dan Pengendalian Laba, Edisi Pertama, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Flippo, Edwin (1985), Personnal Management, Fiveth  Adition, McGraw Hill, Tokyo.
Griffin,  Ricky W (2006), Business, Eighth Edition, Prentice Hall, New Jersey.
Heatfiels, Susan M. Journal of Applied Psychology, Vol 84(1), Feb 1999, 3-13.
about.com:human resource diakses 10 Oktober 2009
Hughes, Ginnett, & Curphy  (2002),  Leadership: Enhancing The Lessons of Experience,  6th Ed. McGraw-Hill's.
Milani, Ken. The Relationship of  Participation in Budget Setting in Industrial Supervisor Performance and Attitude: A Field Study. The Accounting Review, p. 274-284, April 1975.
Robbin, P. Stephen & Mary Couler (2005), Management. Eighth Edition,  Prentice Hall. New Jersey
Singgih, Fandy, (2001), Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi  dengan  SPSS, Elex Media Compitundo. Jakarta.
Stoner, James F.A., Freeman R. Edward, & Gilbert Daniel. R (1995). Management, Sixth Edition, Prentice-Hall, Inc. New Jersey
Sumarno, J. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial: Studi Kasus pada Kantor Cabang Perbankan di Indonesia Jakarta, Simposium Akuntansi  ke VIII, Solo, 15-16 September 2005.
Sugiyono, (2003), Metode Penelitian Bisnis, Bandung, Alfabeta.
Supriyono, R.A., Pengaruh Komitmen Organisasi dan Keinginan Sosial terhadap Hubungan antara Partisipasi Penganggaran dengan Kinerja Manajerial: Studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan Going Publik di Indonesia, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. I, No.4, Juli 2004.
Suratno dan Lincolin Arsyad (1995), Metodologi Penelitian untuk Bisnis dan Ekonomi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Tri, Oktaviana (2009), Pengaruh Komitmen Organisasi dan aya Kepemimpinan terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial: Studi Empiris pada Rumah Sakit di Yogyakarta, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta.
www.slemankab.com diakses 23 Mei 2010
Previous
Next Post »